Jumat, 24 Mei 2013

Teori Merton (Sosiologi)


                Teori ini dikemukakan oleh Robert K. Merton, yaitu perilaku penyimpangan merupakan bentuk adaptasi terhadap situasi tertentu. Perilaku menyimpang dapat terjadi karena tidak ada kaitan antara tujuan dengan cara yang telah ditetapkan dan dibenarkan dalam struktur sosial.
                Dengan menggunakan teori ini, Robert K. Merton mencoba menjelaskan penyimpangan melalui struktur sosial. Menurut teori ini, struktur sosial bukan hanya menghasilkan perilaku yang konformis saja, tetapi juga menghasilkan perilaku menyimpang. Dalam struktur sosial dijumpai tujuan atau kepentingan, di mana tujuan tersebut adalah halhal yang pantas dan baik. Selain itu, diatur juga cara untuk meraih tujuan tersebut. Apabila tidak ada kaitan antara tujuan (cita-cita) yang ditetapkan dengan cara untuk mencapainya, maka akan terjadi penyimpangan.
                Dalam hal ini Merton mengemukakan tipologi cara-cara adaptasi terhadap situasi, yaitu konformitas, inovasi, ritualisme, pengasingan diri, dan pemberontakan (keempat yang terakhir merupakan perilaku menyimpang).

KOMFORMITAS (COFORMITY)
                Merupakan cara adaptasi dimana pelaku mengikuti tujuan dan cara yang   ditentukan oleh masyarakat untuk mencapai tujuan tersebut atau cara konvensional dan melembaga.
CONTOH :
      Gaelan belajar dengan sungguh-sungguh agar nilai ulangannya bagus.
      Gelar DR dapat dicapai dengan cara kuliah

INOVASI (INOVATION)
                Terjadi apabila seseorang menerima tujuan yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang diidamkan masyarakat, tetapi menolak norma dan kaidah yang berlaku atau Perilaku mengikuti cara yang ditetapkan masyarakat tetapi memakai cara yang dilarang.
CONTOH :
      Untuk memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM), Arif tidak mengikuti ujian, melainkan melalui calo.
     Siswa ingin mendapatkan nilai bagus dalam ujian dia melakukan tindakan mencontek atau mencari bocoran jawaban.
 
RITUALISME (RITUALISM)
                Terjadi apabila seseorang menerima cara-cara yang diperkenankan secara kultural, namun menolak tujuan-tujuan kebudayaan atau Perilaku yng telah meninggalkan tujuan budaya tetapi tetap berpegang pada cara yang telah ditetapkan masyarakat.
CONTOH :
*      Walaupun tidak mempunyai keahlian atau keterampilan di bidang komputer, Mita berusaha untuk mendapatkan ijazah itu agar diterima kerja di perusahaan asing.
*     
Seorang pegawai pajak golongan bawah tidak ingin naik pangkat karena takut gagal . Tujuan budaya untuk mencapai kesuksesan tidak ia kejar tetapi yang bersangkutan tetap bekerja untuk mencapai tujuan budaya.

Related Post:

Read more: http://madiuncool.blogspot.com/2011/10/cara-membuat-related-post-artikel_14.html#ixzz1nCk1OwfG

3 komentar: